Siapa
sangka, di balik gemerlap keramaian kota-kota hits di Belanda, Belanda sedang menghadapi
tantangan besar terkait penurunan populasi. Hah? Kok bisa? Iya sobat, walaupun
tren ini tidak terjadi di seluruh Belanda, tetapi dampaknya mulai terasa di
beberapa wilayah, lho sobat. Terus, apa penyebabnya dan bagaimana Belanda
menghadapinya?
Mengapa Populasi Menurun?
Penurunan populasi di
Belanda ini bukan dikarenakan satu faktor saja, melainkan gabungan dari
beberapa faktor. Tiga alasan utamanya adalah:
- Angka Kelahiran Menurun:
Semakin sedikit anak yang lahir, berarti jumlah penduduk muda juga
berkurang.
- Urbanisasi:
Keluarga, kaum muda, dan individu berpendidikan tinggi cenderung pindah ke
kota-kota besar untuk mencari pekerjaan, pendidikan, dan fasilitas yang
lebih baik.
- Penuaan
Penduduk: Ketika
kaum muda pergi, yang tersisa adalah populasi lansia yang semakin menua.
Wilayah seperti Zeeland
Flanders, Limburg selatan, serta Groningen utara dan timur adalah beberapa yang
paling terdampak. Diperkirakan,
populasi di area ini akan menurun hingga 16% pada tahun 2040.
Ilustrasi menunjukkan wilayah dengan penurunan populasi
saat ini (merah muda) dan yang diproyeksikan (oranye).
Dampak yang Terasa Langsung
Ketika penduduk, terutama kaum muda, pergi, maka efek
domino bisa langsung berasa. Lingkungan yang ditinggalkan menjadi kurang
menarik bagi bisnis, harga rumah menurun, dan berbagai fasilitas umum mulai
menghilang. Bayangkan saja, sekolah-sekolah terpaksa digabung karena kekurangan
murid, toko-toko kecil bangkrut, dan layanan publik seperti transportasi umum
menjadi kurang efisien. Masyarakat yang tersisa, terutama lansia, harus
menempuh jarak yang lebih jauh untuk mendapatkan fasilitas dasar. Wah ternyata
bisa sebegitu berpengaruh ya sobat.
Belanda Langsung Memikirkan Solusi Inovatifnya
Tentunya Belanda tidak
tinggal diam. Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, bekerja sama
dengan berbagai pihak untuk mengatasi masalah ini. Pendekatan mereka berfokus pada tiga pilar utama: perumahan,
fasilitas, dan aktivitas ekonomi.
- Pendekatan
Kolaboratif: Kunci
utamanya adalah kolaborasi. Pemerintah provinsi, kota, bahkan hingga
daerah berkolaborasi dengan asosiasi perumahan, lembaga perawatan,
sekolah, pelaku bisnis, hingga komunitas lokal. Mereka berpikir bersama
untuk mencari solusi yang paling sesuai untuk setiap wilayah, karena
masalah di satu kota bisa berbeda dengan kota lain. Misal, Di satu kota,
berkurangnya jumlah rumah tangga dapat menyebabkan lingkungan menjadi
kumuh dan rumah-rumah kosong, sementara kota lain mungkin tidak mengalami
masalah serupa.
- Penggabungan Fasilitas:
Daripada menutup total, fasilitas yang ada digabungkan. Misalnya, beberapa
sekolah digabung menjadi satu, atau klub olahraga berbagi fasilitas untuk
efisiensi.
- Mendorong
Ekonomi Lokal: Pemerintah
membantu mempertahankan dan meningkatkan ekonomi lokal. Caranya beragam,
mulai dari mempermudah lulusan sekolah untuk mendapatkan pekerjaan hingga
memanfaatkan peluang kerja sama lintas batas dengan negara tetangga
seperti Jerman dan Belgia.
Dengan langkah-langkah ini, Belanda memperlihatkan langkah
nyata usahanya menjaga agar wilayah yang populasinya menyusut tetap layak huni
dan masyarakatnya tetap sejahtera. Ini adalah contoh nyata bagaimana sebuah
negara menghadapi tantangan demografis yang kompleks dengan solusi yang
terstruktur dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Apakah Indonesia bisa
belajar dari pengalaman Belanda dalam menghadapi tantangan demografi?
Referensi:
https://www.government.nl/topics/population-decline/causes-and-effects-of-population-decline
https://www.government.nl/topics/population-decline/tackling-population-decline