Les Bahasa Belanda

UJIAN BASISEXAMENINBURGERING A1

Beberapa orang cukup kewalahan dalam mempersiapkan Ujian Basisexamen Inburgering. Tapi sebagian lagi bingung, itu ujian apa sih? Mungkinkah ...

Thursday, August 7, 2025

Kenapa Keturunan Belanda Jarang di Indonesia? Kisah di Balik Jejak yang Hilang

 


 


Indonesia dan Belanda, dua negara yang memiliki keterikatan sejarah yang dalam. Ratusan tahun Indonesia hidup dibawah bayang-bayang Belanda pada masa kolonial dahulu. Tapi, pernahkan sobat KP berpikir, kenapa setelah sekian lama Indonesia dan Belanda hidup berdampingan, tetapi saat ini jarang kita temui orang keturunan Belanda di Indonesia hasil masa kolonial dahulu? Ya ada sih, tapi tidak sebanyak itu dan rata-rata orang blasteran Indonesia Belanda sekarang karena menemukan cintanya saat ini bukan karena ada benang merah masa penjajahan dahulu.

Sebenarnya jawaban dari pertanyaan itu cukup sederhana yaitu "mereka kembali ke negaranya." Tapi kenapa mereka kembali? Ternyata dahulu ada sebuah babak kelam sejarah yang menajadi kunci menghilangnya mereka: sebuah periode yang oleh Belanda disebut Masa Bersiap. Yuk, kita bahas bareng tentang masa bersiap ini!

 


Amarah yang Tersulut Aksi Balas Dendam Pribumi

Tahun 1945 yang kita peringati sebagai tahun kemerdekaan ternyata menjadi awal dari bayangan kelam kolonialisme Belanda di Indonesia. Proklamasi yang berhasil digaungankan Indonesia ternyata tidak menggetarkan Belanda untuk lengser dari masa penjajahan Indonesia. Belanda tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia dan mencoba merebut kembali kekuasaannya. Suasana yang tercipta begitu mencekam. Kedatangan Belanda seolah menyiramkan bensin ke api amarah pribumi yang sedang menyala-nyala setelah menggaungkan kemerdekaan Indonesia.

“Kalau badan lagi apes dan kita dicurigai sebagai “andjing NiCA” (mata-mata Belanda), nasib kita akan jelek sekali. Sudah bagus kalau cuman dihajar dan digebukin saja,” tulis Kwee Thiam Tjing dalam Indonesia Raya (15-17 Agustus 1972), seperti dimuat dalam Menjadi Tjamboek Berdoeri: Memoar Kwee Thiam Tjing (2010).

“Masa itu dikenal sebagai masa perjuangan: Bersiap. Belanda menamakannya: Bersiap-Periode,” tulis Rosihan Anwar dalam Napak Tilas ke Belanda: 60 Tahun Perjalanan Wartawan KMB 1949 (2010).

Di sinilah Masa Bersiap dimulai. Periode ini adalah waktu di mana Pemoeda atau para pemuda pejuang kemerdekaan, dengan seruan "Siap! Siap!" melancarkan serangan terhadap siapa pun yang dianggap pro-Belanda. Kekerasan ini tidak pandang bulu. Korban dari peristiwa ini bukan hanya serdadu Belanda, melainkan juga ribuan orang Indo-Eropa (peranakan Belanda-Indonesia), Tionghoa, dan bahkan etnis Maluku atau Manado yang dianggap bekerja sama dengan kolonial.

Di kota-kota seperti Depok, yang menjadi pusat komunitas Indo-Eropa memuncak pada 11 Oktober 1945, terjadi penjarahan, pembunuhan, dan penyiksaan brutal yang dikenal sebagai peristiwa Gedoran. Kekerasan ini menciptakan trauma yang luar biasa. Banyak kisah pilu muncul tentang bagaimana warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, menjadi korban. Penjarahan, pembunuhan, bahkan pemerkosaan terjadi di mana-mana.

Meskipun istilah "Masa Bersiap" lebih sering digunakan dalam literatur sejarah Belanda, bagi banyak orang Indonesia, periode ini dikenal sebagai Revolusi Nasional Indonesia, masa di mana rakyat bersatu untuk mempertahankan kemerdekaan. Namun, di balik semangat heroik itu, tersimpan pula kisah-kisah kekerasan yang kelam.

Jejak yang Hilang: Dampak Masa Bersiap

Masa Bersiap adalah titik balik yang mengubah demografi Indonesia. Kekerasan brutal yang terjadi mendorong Belanda untuk meninggalkan Indonesia secara besar-besaran.

  1. Trauma dan Ketidakamanan: Setelah melewati masa penuh teror, banyak keluarga Belanda dan Indo-Eropa tidak lagi merasa aman. Mereka hidup dalam ketakutan dan permusuhan. Dianggap sebagai musuh oleh pribumi, mereka merasa tidak ada lagi tempat bagi mereka di Indonesia.
  2. Repatriasi Massal: Ketika Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia pada tahun 1949, pemerintah Belanda memfasilitasi gelombang repatriasi besar-besaran. Puluhan ribu orang Indo-Eropa yang merasa terasing di tanah kelahiran mereka akhirnya memilih untuk pindah ke Belanda. Mereka kehilangan rumah, harta benda, dan identitas.
  3. Hilangnya Status Sosial: Sebelumnya, orang Belanda dan Indo-Eropa menempati posisi istimewa dalam masyarakat. Namun, dengan lahirnya Republik Indonesia, keistimewaan itu musnah. Perubahan ini, ditambah dengan kondisi politik yang tidak stabil, semakin meyakinkan mereka untuk memulai hidup baru di tempat lain.

Masa Bersiap ini menjadi kenangan pahit dalam sebuah perjuangan kemerdekaan, meskipun heroik, tetapi disisilain juga meninggalkan luka yang mendalam. Kisah-kisah yang hilang dari orang-orang keturunan Belanda adalah saksi bisu dari periode kekacauan ini. Memahami Masa Bersiap membantu kita melihat sejarah dengan lensa yang lebih utuh, menyadari bahwa di balik bendera yang berkibar, ada banyak cerita sedih yang terlupakan.

 

Referensi:

https://tirto.id/masa-bersiap-pasca-merdeka-masa-ngeri-tak-ada-sedapnya-cGog

https://www.kompas.com/stori/read/2022/09/09/080000679/masa-bersiap-pembantaian-orang-belanda-selama-revolusi-kemerdekaan

https://www.ayomalang.com/hiburan/pr-483139505/sejarah-yang-disembunyikan-inilah-kisah-kelam-masa-bersiap-bangsa-indonesia-di-awal-kemerdekaan